Sandy Mahasiswa Bojonegoro Nyambi Driver Ojol, Tidak Resah Biaya Kuliah

Mahasiswa Driver Ojol - Bojonegoro Raya
MAHASISWA INSPIRATIF: Sandy di atas kuda besinya. Menjadi driver ojol sejak semester dua hingga kini semester tujuh. (Foto: Khorij Zaenal Assrori/Bojonegoro Raya)

Sandy Rustandi Putra mahasiswa tidak mengandalkan uang orang tua. Waktunya banyak di jalanan sebagai driver ojek online (ojol). Mandiri. Cukupi kebutuhan sendiri.

Menariknya, kisah asmara pemuda 21 tahun ini tidak tercecer. Dia bisa mencuri momen. Membonceng pacar sembari antar orderan makanan. Romantis, kan?

BOJONEGORORAYA – Film Si Doel Anak Betawi yang populer pada 1990-an seakan menjadi inspirasi bagi mahasiswa. Bukan sekadar anak Betawi bisa kuliah di kampus beken Jakarta.

Si Doel, mahasiswa nyambi kerja sebagai driver atau sopir angkutan kota. Dulu belum ada ojol. Transportasi publik didominasi angkutan kota. Kisah Si Doel sopir angkutan kota, kini jadi semangat Sandy Rustandi Putra.

Pemuda berumah tinggal di Desa Campurejo, perkotaan Bojonegoro tersebut sudah melewati enam semester atau tiga tahun kuliah nyambi sebagai driver ojol. Kendaraannya motor matik.

‘’Sejak semester dua sudah gabung ojol. Hingga semester tujuh ini masih menikmati,’’ tuturnya membuka wawancara dengan Bojonegoro Raya, Sabtu (30/11/2024) siang.

Sebelum duduk wawancara di salah satu kedai kopi turut Jalan Panglima Sudirman perkotaan Bojonegoro ini, Sandy tiba dan memarkir motor matiknya. Dia lantas membuka klik pengait helm.

Nampak, kostum berkendaranya lengkap. Safety. Bersepatu. Bersarung tangan. Memakai buff. Berjaket parasut. Warnanya kombinasi hitam hijau. Belakangnya tidak bertuliskan Grab atau Gojek.

Di belakang jaketnya itu terdapat tulisan Japrijek. Salah satu jasa ojol berbasis pesan dan telepon WhatsApp (WA). Diprakarsai para driver ojol independen berbasis WA di perkotaan Bojonegoro.

Dalam wawancara selanjutnya, Sandy mengaku menikmati sebagai driver ojol. Bisa mendapatkan cuan dan bertemu banyak orang. Tidak ada malas. Hindari tradisi rebahan berjam-jam di kamar.

Menurut Sandy, bekerja sebagai driver ojol mengajarkan kedisiplinan dan tanggung jawab. Dia juga terlatih mandiri. Bisa memenuhi kebutuhan kuliah sendiri. Keperluan nongkrong juga teratasi.

‘’Sekarang saya sedang skripsi. Sudah ajukan proposal. Semoga bisa lekas lulus. Jadi sarjana,’’ imbuh mahasiswa Universitas Bojonegoro (Unigoro) itu.

Mahasiswa jurusan teknik industri ini menceritakan, sejak awal sudah niat kuliah. Setelah lulus SMA langsung mendaftar sebagai mahasiswa baru Unigoro. Kampus swasta itu menjadi pilihan.

Baca Juga :  Sehat dengan Satu Dusun Satu Perawat

Meski demikian, dia juga mencoba mendaftar sebagai mahasiswa di kampus negeri atau perguruan tinggi negeri (PTN). Saat itu, dia mengincar Universitas Brawijaya Malang. Namun, tidak diterima.

Sandy pun tetap tenang. Sebab, Unigoro telah terang menerima pendaftarannya. Bahkan, dia juga menerima beasiswa. Jadi, kuliah tanpa perlu membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT). Gratis.

Semester awal kuliah, Sandy begitu menikmati menjadi mahasiswa. Banyak kegiatan kampus. PKKMB hingga kegiatan himpunan mahasiswa (hima) jurusan. Hari-harinya berkutat di kampus.

Memasuki semester dua, Sandy mulai ingin keluar dari zona itu. Entah mendapat angin darimana, Sandy ingin menjadi mahasiswa karir. Tidak ingin uang saku bergantung lagi dari orang tua.

‘’Saya tanya-tanya lowker. Nyantol di ojol Japrijek ini. Kebetulan pemilik Japrijek ini ternyata alumni Unigoro,’’ tuturnya.

Setelah terjun jadi driver ojol itu, tantangan tiba. Menjadi mahasiswa nyambi driver ojol ternyata minder. Perasaan ini masuk ke benak pikirannya karena rerata teman kuliahnya fokus kuliah saja.

Sandy berusaha melawan rasa itu. Dia ikut kelas public speaking, mendapat banyak ilmu tata komunikasi. Membuatnya percaya diri (pede) dalam pergaulan serta di hadapan orang lain.

‘’Berkat edukasi itu, lama-kelamaan saya menjadi biasa. Minder hilang. Menikmati menjadi driver ojol,’’ ungkapnya.

Anak tunggal ini menceritakan hari-harinya sebagai driver ojol. Pukul 06.00 WIB, dia biasa sudah bangun. Mandi, sarapan, bersiap berangkat kerja atau kuliah. Mana dipilih, sesuai kebutuhan.

Yang pasti, ketika bekerja sebagai driver ojol, dia selalu menepi tatkala siang mendekati pukul 12.00 WIB. Pada waktu ini Sandy memilih rehat sejenak. Masuk warung. Bersantai. Ngopi.

Ketika diwawancara, dia kebetulan sedang memilih kerja. Jam kuliah kosong. Pada saat diwawancara ini, dia mengaku sudah mendapat empat order mengantarkan penumpang dan makanan.

Hasil empat orderan itu, kata Sandy, lumayan. Cuan masuk ke sakunya sesuai perkiraan. Adapun, dia mengungkap, tarif ojol ke luar kecamatan kota Rp 15.000. Seputar perkotaan Rp 10.000.

“Sore nanti saya pulang. Istirahat hingga mahrib. Malam on lagi hingga larut malam,’’ lanjutnya.

Baca Juga :  Calon Lokasi Pabrik Bioetanol Bojonegoro Sudah Dicek, Bukan Di Gayam, Investor Incar 236 Hektare Kawasan Hutan

Keseimbangan dan estafet jam dijalani seksama. Sandy merasa kuliahnya tidak terganggu meskipun nyambi driver ojol. Satu tuntuan bahwa penerima beasiswa harus ber-IPK bagus, selalu dia penuhi.

Perihal asmara, Sandy mengaku aman. Dia punya pacar. Saat bekerja bisa bersama pacarnya. Kok bisa? Iya, Sandy kerap mengajak pacarnya mengirim order makanan. Terutama ketika malam.

‘’Daripada sendirian, saya ngajak pacar. Itung-itung kan jalan-jalan,’’ terangnya sambil tertawa terbahak-bahak.

Pernah suatu malam, Sandy berkisah, dia mendapat order mengirim makanan nasi bungkus. Dua bungkus nasi kucing Warung Sukijan. Per bungkus Rp 2.500. Gorengan Rp 2.500. Total hanya Rp 7.500.

Sementara, biaya jasa antar capai Rp 15.000. Karena lokasi mengantar ada di Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro. Memang nampak tak sepadan. Tapi itu betul kejadian. Sering.

‘’Pernah juga mengirim surat izin sekolah. Agak aneh. Bahkan ada temannya di-order mendatangi resepsi. Diminta memasukkan uang buwuhan,’’ ungkapnya.

Semakin banyak orang mengenal keberadaan driver ojol, lanjut Sandy, tentu kian banyak order. Tidak hanya mengantar penumpang atau makanan, driver ojol cukup multitalenta. Insyallah bisa melakukan semua.

Ada juga pengalaman lucu. Sandy pernah mengantarkan order ke Tuban. Mengikuti petunjuk Google Maps. Ternyata malah mubeng-mubeng. Lewat jalan pertanian.  Ketika pulang, dia lewat jalan lain.

”Jalan lain untuk pulang ini lebih dekat. Saya baru sadar. Pas berangkat tadi nyasar,’’ ujarnya dengan tertawa.

Sandy meneruskan, pendapatannya lumayan. Per hari bisa Rp 100.000-150.000. Cuan sangat bermakna. Menyandang status mahasiswa tapi bisa mendapatkan penghasilan. Bangga.

“Kerja, kuliah, hingga jalan-jalan dengan doi. Semua bisa saya lakoni,” imbuh Sandy.

Kisah-kisah driver ojol semacam Sandy, ada yang merangkum dalam sebuah buku. Judulnya Catatan Harian Bang Ojol. Ditulis Bagus Purwandi Darsiyan. Ada kisah-kisah suka, duka. Semuanya menarik.

Ojol Membuka Lapangan Kerja dan Gerakkan Pedagang UMKM

Di Bojonegoro, Sandy bukan satu-satunya mahasiswa nyambi kerja driver ojol. Di lingkar Japrijek, ada tiga driver juga kuliah. Di Unigoro, ada juga di Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (Unugiri).

Kebetulan Japrijek ini berisi driver-driver muda. Totalnya sekitar 18 driver, kata Sandy. Mereka semua semangat bekerja dan kuliah guna merengkuh sarjana. Untuk Menggapai cita-cita.

Baca Juga :  Pemeras Berkedok Wartawan

Tidak hanya ojol berbasis WA saja. Driver ojol nyambi kuliah juga ada di ojol berbasis aplikasi seperti Grab dan GoJek. Mereka sama seperti Sandy. Menikmati kuliah sambil kerja sebagai driver ojol.

‘’Ada delapan driver ojol (Grab dan Gojek, red) juga nyambi kuliah. Semua menikmati. Kuliahnya aman,’’ ujar Suwito, Koordinator Driver Ojol Grab-Gojek Bojonegoro.

Suwito mengatakan, driver ojol berbasis aplikasi semakin mudah ketika ngampus. Saat jam kuliah, driver tersebut tinggal meng-off-kan aplikasi. Dan, kembali meng-on-kan ketika jam kuliah rampung.

‘’Kami terus menyemangati mereka. Ada yang kuliah dulu baru jadi driver ojol. Ada juga sejak awal driver ojol lalu berkuliah,’’ terangnya.

Pemuda tinggal di Desa Mojodeso, Kecamatan Kapas, Bojonegoro ini mengemukakan, hingga November 2024 ada 238 driver ojol berbasis aplikasi di Bojonegoro. Ber-KTP Bojonegoro.

Jumlah tersebut tidak banyak berubah. Berdasarkan data tahun lalu di mana para driver tersebut menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) tentang Pengendalian Inflasi pasca Pandemi Covid-19.

‘’Kalau di total driver ojol ber-KTP Tuban, jumlahnya 250 driver. Rerata asal Kecamatan Soko, Tuban. Ikut gabung di sini,” imbuhnya.

Pemuda jadi driver ojol sejak 2017 itu melanjutkan, keberadaan aplikasi ojol patut diapresiasi. Telah membuka lapangan pekerjaan. Bayangkan, di sekitar perkotaan Bojonegoro saja ada 250 driver ojol.

“Mereka penolong masyarakat yang butuh bantuan mengirim. Tidak kenal waktu. Larut malam, driver ojol tetap ada, jelasnya.

Lain itu, ojol berikut driver ojol juga membuka keran perputaran ekonomi. Sebab, order rerata incar makanan dan minuman. Ratusan UKM dan UMKM dapat berkah lantaran driver ojol. Jadi laris.

Mutamimah, salah satu pedagang daging ayam merasakan keberadaan driver ojol. Setiap hari selalu nampak driver ojol masuk ke Pasar Kota Bojonegoro. Mereka dapat order belanja dari pelanggan.

‘’Kerap driver ojol membeli daging ayam ke tempat saya,’’ ujar pedagang daging ayam tinggal di Kelurahan Ledok Kulon, perkotaan Bojonegoro itu. (kza)

Go toTop