Oleh: Kang Prabu*
Pemilik Salah Satu Biro Travel Umrah Bojonegoro
MASYARAKAT Bojonegoro yang berangkat umrah ke tanah suci terus bergulir. Jemaah umrah menuju Masjidilharam Arab Saudi dan tiba di tanah air, saling bergantian. Menerus. Cukup rutin.
Setiap bulan, diprediksi ada 300 jemaah asal Bojonegoro bergantian melaksanakan sunnah rasul Muhammad SAW itu. Mereka berangkat dengan jerih sendiri. Ada pula diberangkatkan sanak keluarga.
Di biro travel kami, alhamdulillah setiap bulan rutin memberangkatkan jemaah umrah. Jumlah jemaah berbeda-beda. Variatif. Naik-turun. Tapi selalu ada. Tidak pernah kosong.
Pada 7 Desember 2024 atau Sabtu besok, biro travel kami memberangkatkan 17 jemaah umrah. Sementara, Januari 2025 mendatang kami memberangkatkan sekitar 90 jemaah umrah.
Potensi jemaah umrah masyarakat Bojonegoro ini cukup tinggi. Orang di luar biro travel mungkin kaget akan itu. Tidak menyangka masyarakat sangat antusias berangkat umrah.
Para jemaah umrah sepengamatan kami tidak memedulikan biaya berangkat. Mereka mengetahui besaran biaya. Di biro travel kami, umrah sembilan hari Rp 24-27 juta. Normal. Lumrah.
Ada juga umrah kelas medium. Biayanya Rp 30 juta. Bagi jemaah sudah niat, nominal senilai itu hanya di kalkulator. Niat umrah ada dalam hati. Mereka tidak kagok melihat besaran biaya berangkat.
Tidak heran, ada jemaah umrah menjual sapi, kambing, hingga tanah demi meluluskan niat berangkat. Demi membawa diri ke Mekkah dan Madinah. Berdoa khidmat di sana.
Tua-muda, emak-emak sampai kakek-nenek bersemangat menunaikan umrah itu. Tidak peduli kulit sudah keriput. Rambut memutih. Usia senja. Mereka yang demikian itu justru paling semangat.
Lalu, mengapa minat berangkat umrah begitu tinggi? Menurut data kami kumpulkan, minat itu dipicu kemauan kuat atau niat ingsun para jemaah untuk berangkat umrah. Tidak ada lain.
Rerata, jemaah umrah merupakan pedagang, pengusaha, dan petani. Mereka memiliki uang sekian lalu ditambahi uang anaknya agar bisa lunas biaya, lantas berangkat. Gasss.
Adapun, tingginya animo berangkat umrah membuat jumlah perusahaan biro travel umrah di Bojonegoro terus bertambah. Organisasi masyarakat, majelis pengajian, hingga komunitas juga ikut membuka.
Bahkan, banyak biro travel umrah asal kota-kota besar seperti Surabaya dan Jakarta juga buka proxy di Bojonegoro. Mereka tak sungkan promosi door to door ke rumah demi dapatkan jemaah umrah.
Berdasarkan data, Bojonegoro memiliki 28 kecamatan. Jemaah umrah paling banyak berasal dari Kecamatan Kedungadem, Kepohbaru, Sumberrejo. Rerata jemaah umrah adalah petani.
Lebih lanjut, tingginya animo masyarakat berangkat umrah jadi motivasi banyak lembaga keuangan hadir memudahkan. Rerata berlabel baitul mal wattamwil (BMT), lembaga keuangan berprinsip syariah.
Bak mendaftar haji, BMT itu menawarkan dana talangan berangkat umrah. Memudahkan masyarakat ngebet berangkat umrah. Baru-baru ini, finance juga kepincut menalangi biaya berangkat umrah.
Namun, sejauh ini jasa tersebut tidak banyak diakses. Masih banyak jemaah umrah berangkat dengan dana cash atau tunai. Jemaah tidak ingin memaksakan. Paham mengukur kemampuan.
Meski demikian, perputaran uang sektor berangkat haji dan umrah di Indonesia tetap fantastis. Melansir antara.com, Menkeu Sri Mulyani menyebut sekitar Rp 65 triliun pada 2023.
Pada 2030 mendatang, perputaran uang berangkat haji dan umrah diproyeksi meningkat. Menkeu Sri Mulyani bahkan memperkirakan peningkatannya signifikan. Menjadi sekitar Rp 194 triliun.
Proyeksi itu dilatarbelakangi kebijakan pemerintah Arab Saudi dalam Visi Saudi 2030. Satu kebijakan membuka keran keberangkatan haji dan umrah lebih lebar. Lebih mudah dan massif.
Tentu, itu kebijakan baik bagi Indonesia yang mayoritas masyarakatnya Islam. Jemaah haji dan umrah bisa lebih banyak. Perputaran uang sektor berangkat haji dan umrah bisa lebih tinggi.
Rantai ekonomi sektor berangkat haji dan umrah pun bisa berputar lebih kencang. Jasa biro travel, penerbangan, akomodasi, angkutan, hingga katering bisa lebih laris. Intinya, berdampak positif. (*/kza)