Sawah Desa Rahayu Itu Kembali Rahayu

Sutikno (kiri) dan Arif Rahman Hakim saat menabur pupuk kompos di lahan pertanian organik Desa Rahayu, Rabu (16/10/2024) siang. (Foto: Yusab Alfa Ziqin/Bojonegoro Raya)

Hamparan sawah di Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban itu kembali rahayu. Padinya tumbuh subur alami. Tak lagi dirusak injeksi pupuk kimia dan pestisida yang memperdaya.

BOJONEGORORAYA – Beberapa tahun lalu, pertanian di Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban mahsyur mengalami paceklik. Berhektar padi yang susah payah ditanam para petani di sawah desa itu acap divonis puso. Penyebabnya bermacam. Mulai diserang hama, hingga diperdaya pupuk kimia serta pestisida.

Tragedi pertanian di Desa Rahayu yang menjerihkan para petani setempat itu terakhir kali terjadi pada 2021-2022. Setelah para petani berkenan beralih ke pertanian organik yang bebas injeksi pupuk kimia dan pestisida pada awal 2023, bencana pertanian itu tak datang lagi.

Kini, pertanian di Desa Rahayu sudah benar-benar rahayu. Hampir 20 hektar sawah di desa Ring I Lapangan Mudi Pertamina EP Sukowati Field itu, kini tumbuh subur secara alami. Tak lagi palsu karena mengandalkan injeksi pupuk kimia dan pestisida.

Kepala Desa (Kades) Rahayu Imam Lughuzali mengatakan, Pertamina EP Sukowati Field merupakan pihak yang menuntun para petani desanya beralih dari pertanian kimiawi ke organik. Korporasi minyak dan gas (migas) di Zona 11 Regional Indonesia Timur itu, kata dia, telah berjasa.

“Kini, sawah di desa kami tak pernah puso lagi. Pertanian organik telah menyelamatkan para petani desa ini,” ujarnya saat ditemui, Rabu (16/10/2024).

Sementara itu, Field Manager Pertamina EP Sukowati Field Arif Rahman Hakim mengatakan, pertanian organik di Desa Rahayu itu masuk Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) pihaknya. Tajuknya Prabu Kresna, akronim Petani Rahyu Bersatu Kreatif dan Sejahtera.

Arif sapaannya mengemukakan, pertanian organik Prabu Kresna itu dirancang awal 2023. Realisasinnya memakai metode System of Rice Intensification (SRI). Seluruh tahap pertanian mulai penyiapan lahan, pembibitan, penyemaian, penanaman, hingga pemanenan menggunakan cara 100 persen organik.

“Di Kabupaten Tuban, metode SRI itu pertama kali diterapkan di Desa Rahayu ini,” terangnya saat diwawancara, Rabu (16/10/2024).

Pria asal Bandung itu meneruskan, melalui pertanian organik Prabu Kresna, para petani Desa Rahayu tak pernah merugi lagi karena sawahnya puso. Malah, pendapatan setiap petani penggarap meningkat Rp10,2 juta per musim. Biaya produksi pertanian juga hemat Rp2,8 juta per hektar per musim.

“Terkait hasil produksi, pertanian organik Prabu Kresna ini bisa menghasilkan gabah 8-9 ton per hektar,” imbuhnya.

Hasil produksi di angka 8-9 ton per hektar dimaksud, kata Arif, lebih banyak dua kali lipat ketimbang dulu saat para petani masih bertani menggunakan pupuk kimia dan pestisida. Sebab, kala masih nonorganik itu hasil produksinya mentok di angka 3-4 ton per hektar.

“Jadi, melalui pertanian organik Prabu Kresna ini biaya produksi pertanian menurun. Hasil produksinya meningkat,” tandasnya.

Selain sisi produktivitas itu, alumni Institut Teknologi Bandung ini mengutarakan, pertanian organik Prabu Kresna berhasil menjawab aneka masalah pertanian lain. Paling utama, telah memberangus ketergantungan petani terhadap pupuk kimia dan pestisida yang seolah cemerlang namun sesungguhnya merusak.

“Dengan program pertanian organik Prabu Kresna ini, para petani sudah tak perlu pupuk kimia dan pestisida. Sudah organik semua,” jelasnya.

Jadi, lanjut pria yang pernah menjadi Manager Production Engineering Pertamina Hulu Rokan itu, kesuburan tanah berikut kesehatan ekologi di Desa Rahayu dalam pertanian organik Prabu Kresna benar-benar sudah terjamin. Tak perlu menjadi kekhawatiran lagi.

“Terkait kendala program pertanian organik Prabu Kresna ini, tentu ada. Yakni, pertumbuhan gulma di sekitar padi lebih banyak,” akunya.

Gulma berupa rerumputan itu, kata Arif, tumbuh subur di sekitar padi karena tak terintervensi pestisida. Untuk mengatasi kendala tersebut, Pertamina EP Sukowati Field memberikan mesin mekanis khusus untuk para petani. Namanya Cakra Baskara, akronim Cara Kreatif Basmi Akar dan Rumput Tak Berguna.

“Alat Cakra Baskara itu didesain khusus untuk memudahkan petani dalam menyiangi gulma,” jelasnya.

Baca Juga :  Sehat dengan Satu Dusun Satu Perawat
Petani Desa Rahayu saat mengoperasikan alat Cakra Baskara di lahan pertanian organiknya, Rabu (16/10/2024) siang. Foto: Yusab Alfa Ziqin.

Adapun, pria berkarir di Pertamina sejak 2008 silam ini mengungkapkan, alat Cakra Baskara tersebut dirancang para piawai Pertamina EP Sukowati Field pada Divisi Mechanical Engineering, Mechanical, dan Fabrikasi. Mata pisau pada alat untuk menyiangi gulma itu terbuat dari limbah besi non-B3.

Alat Cakra Baskara yang merupakan inovasi anyar serta khusus itu telah mendapat pengakuan Paten dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM (KemenkumHAM) pada medio Maret 2024. Nomor Patennya IDS000007700.

“Dengan alat itu, penyiangan gulma lebih efektif 70,86 persen. Lebih hemat tenaga sekitar 44 orang per hari per hektar per musim,” ungkap Arif.

Terkait ancaman hama tikus, pria yang lama tinggal di Prabumulih itu mengatakan, Pertamina EP Sukowati Field telah mengantisipasinya dengan membangun cukup banyak rumah burung hantu (rubuha) di hektaran lahan pertanian Prabu Kresna. Menurut dia, sejauh ini rubuha itu berfungsi dengan cakap.

Sutikno, Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Rahayu mengemukakan hal serupa. Dia menambahkan, para petani Gapoktan Rahayu yang tergabung dalam program pertanian organik Prabu Kresna binaan Pertamina EP Sukowati Field itu sangat terbantu.

“Kami juga tersadarkan. Pertanian organik lebih baik dan lebih menguntungkan ketimbang pertanian kimiawi sebelumnya,” imbuhnya.

Ketua gapoktan yang juga Kepala Dusun Gandu, Desa Rahayu itu meneruskan, kini para petani dalam program pertanian organik Prabu Kresna sudah amit-amit dengan pupuk kimia. Untuk menyuburkan padi, saat ini pihaknya sudah menggunakan pupuk organik 100 persen.

“Kami produksi sendiri pupuk organik itu. Bahannya aneka macam. Mulai dedaunan, sisa makanan, hingga kotoran hewan,” jelasnya.

Tempat, instalasi, berikut peranti untuk memproduksi pupuk organik itu, lanjut Sutikno, difasilitasi Pertamina EP Sukowati Field. Setiap bulan, tempat produksi dimaksud bisa menghasilkan sekitar 6 ton aneka jenis pupuk organik. Mulai kompos hingga organik cair.

Perihal penjualan produk pertanian organik Prabu Kresna, pria yang karib disapa Pak Wo itu mengatakan, sejauh ini aman dan lancar. Tengaranya, hasil pertanian organik semula berupa gabah lalu diberaskan dan dikemas per 5 kg dengan label Beras Sehat Antasena itu sudah ada pembelinya.

“Pembelinya rerata orang-orang dinas Pemkab Tuban dan tentu saja para pegawai Pertamina EP Sukowati Field,” ungkapnya.

Terkhusus di lingkup Pertamina EP Sukowati Field, kata Sutikno, pembeli Beras Sehat seharga Rp 22 ribu per kg itu tercatat tak kurang dari 50 orang. Mereka diwajibkan perusahaan membeli Beras Sehat Antasena di Gapoktan Rahayu minimal 10 kg per bulan.

“Jadi, para pegawai Pertamina EP Sukowati Field itu telah berkontribusi menghabiskan stok Beras Sehat Antasena sekitar 500 kg per bulan,” imbuhnya.

Sutikno (tengah) saat membicarakan perkembangan padi di lahan organiknya bersama Arif Rahman Hakim dan rekan, Rabu (16/10/2024) siang. Foto: Yusab Alfa Ziqin.

Ke depan, Sutikno memproyeksi, Beras Sehat Antasena hasil pertanian organik Prabu Kresna binaan Pertamina EP Sukowati Field tentu akan dipasarkan lebih luas hingga masuk di etalase sekian swalayan atau minimarket yang ada di Kabupaten Tuban maupun kabupaten/kota lain.

“Kami harap demikian. Supaya Beras Sehat ini semakin populer. Bermanfaat ekonomi lebih dan menjadi komoditas khas Desa Rahayu sini,” tuturnya.

Akhwan, Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Soko menyebut, PPM Pertamina EP Sukowati Field berupa pertanian organik dengan tajuk Prabu Kresna itu cukup cemerlang. Secara teknis pertanian dari hulu sampai hilir, sudah menerapkan cara yang 100 persen organik.

Pria yang bekerja di bawah hirarki Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP2P) Tuban itu menyebut, pertanian organik Prabu Kresna itu juga sudah direplikasi desa di sekitar Desa Rahayu. Juga, direplikasi desa di kabupaten lain seperti Kabupaten Bojonegoro.

“Pertanian organik Prabu Kresna di Desa Rahayu ini merupakan pioner. Sudah menjadi percontohan bagi desa-desa di wilayah lain,” ungkapnya.

Direplikasi Tiga Desa di Kabupaten Bojonegoro

ADA tiga desa di Kabupaten Bojonegoro yang menjadi lokasi replikasi PPM pertanian organik Prabu Kresna dari Desa Rahayu itu. Field Manager Pertamina EP Sukowati Field Arif Rahman Hakim mengemukakan, ketiga dimaksud yakni Desa Ngampel, Campurejo, dan Sambiroto. Semua di Kecamatan Kapas.

Baca Juga :  Dikejar Jam Kerja, Ditimbun Tugas Rumah Tangga, Dinanti Kasihnya

“Ketiganya merupakan desa Ring I Lapangan Sukowati Pertamina EP Sukowati Field turut Desa Ngampel,” terangnya.

Dia meneruskan, PPM pertanian organik di Desa Ngampel, Campurejo, dan Sambiroto tersebut tajuknya Integrated Farming System (IFS). Diterapkan mulai awal 2024. Metodenya persis dengan Prabu Kresna sebagai program yang direplikasi.

“Pertanian organik IFS di tiga desa itu betul-betul baru. Terus berproses. Sementara ini, proses paling bagus di Desa Sambiroto,” imbuhnya.

Rahmat Hidayat, pendamping pertanian organik IFS di tiga desa itu mengatakan hal serupa. Pria akrab disapa Rahmat itu mengemukakan, pertanian organik IFS kali pertama dikenalkan dan dilatihkan kepada para petani di Desa Ngampel, Campurejo, dan Sambiroto pada April 2024.

Rahmat Hidayat (kiri) dan Majuri saat mengecek tanaman padi di lahan pertanian organik Desa Sambiroto, Minggu (20/10/2024) siang. Foto: Yusab Alfa Ziqin.

Waktu itu, kenang dia, ada dua petani dari Desa Sambiroto yang kemudian mengaku siap ikut pertanian organik IFS. Kedua petani yang sudah mendapat pelatihan intensif dari pihaknya itu lalu mulai berpraktek atau mulai menanam padi organik pada Mei 2024.

“Total, musim tanam perdana di Desa Sambiroto itu luas lahannya tak lebih dari 4.700 m²,” terang pria asal Ciamis tersebut.

Lepas penanaman tersebut, lanjut Rahmat, proses pertumbuhan padi organik itu dikontrol terus olehnya. Hampir saban hari, sawah seluas 4.700 m² yang ditumbuhi padi organik itu dia tilik. Petani yang menanam juga rutin dikunjungi untuk sekadar berbincang hingga berdiskusi.

“Dengan perawatan dan pengawasan cakap, padi organik itu tumbuh subur. Agustus 2024, hamparan padi organik itu kemudian dipanen ,” imbuhnya.

Peristiwa panen dialami sawah organik seluas 4.700 m² itu, lanjut pria dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Carios ini, membuat para petani kimiawi di sekitarnya cukup terperangah. Mereka seolah tak menyangka, padi yang ditanam dengan cara organik juga bisa dipanen.

“Awal Oktober 2024, musim tanam kedua di Desa Sambiroto dilangsungkan. Total, luas lahannya bertambah menjadi 12.000 m²,” ungkap Rahmat.

Penambahan signifikan luas lahan pada musim tanam kedua itu disebabkan ada empat petani Desa Sambiroto memutuskan bergabung dalam pertanian organik IFS. Jadi, petani yang ikut pertanian organik IFS di Desa Sambiroto kini jumlahnya enam orang.

“Empat petani baru bergabung pada musim tanam kedua itu tertarik karena melihat padi organik pada musim tanam pertama, berhasil panen,” imbuhnya.

Rahmat meneruskan, pihaknya tentu bersyukur pertanian organik IFS yang diinisasi Pertamina EP Sukowati Field di Desa Sambiroto diminati petani baru dan luas lahannya dapat bertambah. Dia berharap, progres baik semacam itu terus berlanjut.

“Diperkirakan, sawah organik musim tanam kedua seluas 12.000 m² atau 1,2 hektar itu akan panen awal Januari 2025 mendatang,” pungkasnya.

Majuri, petani Desa Sambiroto yang merupakan petani pertama dalam pertanian organik IFS binaan Pertamina EP Sukowati Field mengatakan, dirinya senang dapat terlibat, belajar, dan mempraktekkan pertanian organik. Menurut dia, pertanian organik memang ideal diterapkan.

“Pertanian organik biaya produksinya murah. Pupuknya organik, tak rebutan dengan para petani lain. Saya juga bisa membuat sendiri. Mudah,” ungkapnya.

Petani yang juga Kepala Seksi Pemerintahan Desa Sambiroto menyebut, kebisaannya dalam membuat pupuk organik didapat dari pelatihan yang dilangsungkan Pertamina EP Sukowati Field awal 2024 lalu ketika pertanian organik IFS hendak diluncurkan di Desa Sambiroto.

“Saat ini, saya sudah bisa membuat enam macam pupuk organik. Mulai kompos hingga organik cair,” bangganya.

Pada musim tanam pertama Mei 2024, cerita Majuri, sawah organiknya butuh tujuh ton pupuk organik. Kebutuhan tersebut berhasil dicukupi sendiri dengan cara memproduksi pupuk organik di pekarangan belakang rumahnya. Bahan pupuk organik itu dedauan, sisa makanan, hingga kotoran hewan.

“Pertanian organik mudah dan murah. Lebih dari itu, pertanian organik ini ramah lingkungan. Kesuburan sawah saya kini tak lagi terancam,” imbuhnya.

Baca Juga :  Investor Pabrik Bioetanol Bojonegoro Tunggu Kepastian, Kadin Optimistis, Walhi Ingatkan Dampak Lingkungan
Majuri saat meninjau pupuk organik cair hasil produksinya, Minggu (20/10/2024) siang. Foto: Yusab Alfa Ziqin.

Terkait hasil, pria kelahiran 1967 itu mengatakan, pertanian organik cukup menjanjikan. Pada musim tanam pertama Mei 2024, dia menanam padi organik di lahan seluas 2.200 m². Jumlah gabah kering atau basah dipanen pada Agustus 2024, dia tak ingat persis. Seingatnya, per ubinan sekitar 4 kg.

“Yang jelas, saat sudah menjadi beras, jumlahnya hampir 400 kg atau empat kwintal,” ungkapnya.

Beras hasil pertanian organik IFS itu, lanjut Majuri, dipasarkan ke teman-teman dan sekian kenalan dalam bentuk curah atau nonkemasan. Harganya promo, dipatok di angka Rp 17.000 per kg. Pemasaran beras organik itu dia bubuhi informasi bahwa bahan pangan itu asli dari sawahnya sendiri.

“Dalam dua pekan, beras organik hampir empat kwintal itu habis terjual. Pembelinya mayoritas pensiunan pegawai,” lanjutnya.

Mendatang, kata Majuri, Pertamina EP Sukowati Field sudah punya rencana untuk mendampinginya dan para sejawat agar bisa mengelola dan memasarkan beras hasil pertanian organik IFS secara lebih baik. Salah satunya memiliki merk berikut izin edarnya.

“Kami punya mimpi, beras organik kami bisa masuk swalayan atau minimarket. Beras organik itu kemudian juga jadi beras khas Desa Sambiroto sini,” imbuhnya.

Supangat, salah satu pemilik instalasi penggilingan gabah di Desa Sambiroto mengemukakan, pertanian organik IFS membuat pihaknya mengalami suatu hal baru. Yakni, 2024 merupakan tahun perdana pihaknya menggiling gabah hasil pertanian organik.

“Sebelumnya saya tak pernah giling gabah pertanian organik. Baru pada 2024 ini. Saat giling gabah hasil pertanian organik IFS binaan Pertamina EP Sukowati Field itu,” ungkapnya.

Terkait proses pengglingan gabah hasil pertanian organik itu, Pangat sapaannya mengatakan, tak ada kendala atau formula khusus yang harus dijalankan. Prosesnya sama dengan menggiling gabah hasil pertanian kimiawi. Namun, beras hasil penggilingan gabah pertanian organik ini memang agak lain.

“Beras dari gabah pertanian organik lebih besar dan punel. Mirip beras ketan. Tidak kurus-kurus seperti beras dari gabah pertanian biasanya (kimiawi, red),” ungkapnya.

Kalau bisa disebut kekurangan, kata Pangat, beras hasil penggilingan gabah pertanian organik itu warnanya agak kekuning-kuningan. Tidak bisa putih, apalagi putih bersih. Namun, menurut dia warna beras hasil pertanian organik yang agak kekuning-kuningan itu sebetulnya justru bagus.

“Warna agak kekuning-kuningan itu menunjukkan kealamian. Kalau beras yang putih bersih, itu ada obat tertentunya atau ada polesannya. Istilahnya beras poles. Tidak putih alami,” jelasnya.

Kades Sambiroto Gunawan Wibisono mengatakan, pihaknya mengapresiasi Pertamina EP Sukowati Field yang telah mendampingi sekian petani di desanya beralih ke pertanian organik yang lebih ramah lingkungan, produktif, dan menyehatkan.

“Menurut hemat kami, pertanian organik di desa kami ini berhasil,” simpul kades akrab disapa Gunawan itu.

Suami dari Wakil Ketua DPRD Jawa Timur Sri Wahyuni itu menyebut, indikator keberhasilan pertanian organik bertajuk IFS itu di antaranya beras yang dihasilkan bagus dan diminati pembeli. Lebih dari itu, pertanian organik IFS sudah memutus ketergantungan petani terhadap pupuk kimia dan pestisida.

“Petani sudah bisa membuat pupuk organik sendiri untuk mencukupi kebutuhan sawahnya. Itu bagus. Ada ketergantungan tak baik yang hilang,” jelasnya.

Dampak lanjutannya, kata Gunawan, sawah petani di Desa Sambiroto yang digarap secara organik itu akan tetap terjaga kesuburannya. Sehingga, pertanian di desa tersebut bisa terus dilanjutkan atau lestari. Tak diancam bahaya kemandulan tanah akibat ulah senyawa kimia dalam pupuk kimia dan pestisida.

“Ke depan, Pemdes (Pemerintah Desa, red) Sambiroto akan ikut meningkatan atau memperluas penerapan pertanian organik ini,” komitmennya.

Salah satu wujud dari komitmen tersebut, ungkap Gunawan, Pemdes Sambiroto akan menerapkan pertanian organik di 1 hektar lahan pertanian Tanah Kas Desa (TKD) setempat. Untuk itu, pihaknya telah menganggarkan sejumlah dana dalam Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) 2025 mendatang. (sab/kza)

Go toTop